Monday, March 3, 2008

Balada Sinema Elektronik

Sinema elektronik atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Sinetron, merupakan sebuah tontonan wajib yang lambat laun sudah menjadi bagian dalam kebudayaan kita baik secara disadari atau tidak.
Hampir setiap stasiun televisi swasta menayangkan Sinetron setiap hari. Bahkan sinetron merupakan acara yang ditempatkan pada waktu - waktu utama dalam penayangannya. Yang dikenal dengan istilah Prime Time.
Dan sinetron merupakan tayangan lokal yang memiliki rating teratas di stasiun televisinya masing-masing.
Namun tahukan anda?

Dari setiap sinetron buatan lokal yang muncul di TV-TV swasta tersebut memiliki banyak persamaan. Berikut adalah beberapa persamaan dari sinetron di negeri kita.
  • Isi cerita, bila kita perhatikan hampir semua sinetron di Indonesia punya cerita yang sama. Si miskin mencintai si kaya atau sebaliknya. Yang kemudian mendapat pertentangan dari pihak keluarga. Ditambah lagi orang ketiga agar cerita terkesan berat karena dibumbui konflik. Padahal ga beda jauh sama film India. (Mendingan India kalee masih ada jogednya :p)
  • Alur cerita, tidak jauh berbeda dengan isi cerita. Alur cerita sinetron kita selalu itu-itu saja. Biasanya, episode-episode awal menceritakan sebuah keluarga yang bahagia, yang penuh dengan canda dan kekonyolan karakter utama. Di sekitar minggu ketiga atau keempat munculah orang ketiga yang biasanya menimbulkan konflik. Selanjutnya hilang sudah joke-joke, kekonyolan dan canda tawa. Di masa-masa ini ceritanya selalu Menangis, Menangis dan Menangis (kata Bunda Hetty).
  • Status Sosial. Status karakter atau tokoh yang muncul selalu si kaya dan si miskin. Yang kaya sombong yang miskin hina. Padahal apa salahnya sekali sekali dibuat karakter yang "sudah miskin sombong lagi". Sah-sah aja kan? Memang sudah ada tokoh yang seperti saya sebutkan tadi. Tapi selalu tampil antagonis. Padahal orang sombong bisa juga jadi protagonis.
  • Konflik. Kalo yang ini anda sudah pasti mengerti. Paling masalah harta tau cinta segitiga. Sudah. Itu saja.
  • Tokoh. Yang saya maksud disini adalah mulai dari karakter dari para tokoh dan masalah yang dihadapinya. Bisa dibilang sinetron kita mirip Srimulat yang tokoh utamanya selalu terdiri dari majikan, anak majikan, pembantu, dan supir. Kemudian orang ketiga biasanya tamu tak diundang, copet, maling, anak tetangga atau Pak RT. Maksud saya sinetron kita menampilkan tokoh yang itu-itu saja.
  • Hiperbola. Entah darimana idenya, namun bila anda perhatikan sinetron kita akhir-akhir ini sedang marak mempublikasikan "penyakit hilang ingatan". Baik itu karena kecelakaan atau hal lainnya. Namun hal tersebut cukup membuktikan keadaan sinetron kita. Yaitu Hilang Ingatan. Baik para pemain, sutradara, crew, atau produser. Semuanya sudah hilang ingatan. Semua sudah kehilangan ide dan kreatifitas. Yang mereka kejar hanyalah rating. Tidak ada lagi nilai seni yang ditampilkan. Semua menjadi hambar seperti nasi putih yang kita makan setiap hari dengan lauk yang sama. Jadi kapan kita makan nasi rames lagi?
Udah ah! Capek!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...