Sunday, March 23, 2008

Siapa yang salah? Media atau Manusia?

Manusia menciptakan media sebagai alat bantu komunikasi. Agar bisa berinteraksi satu sama lain dan berbagi informasi. Kini media komunikasi berkembang menjadi sangat pesat. Yang merubah peradaban manusia dan menghilangkan keterbatasan.

Manusia modern berkomunikasi tanpa batas jarak dan waktu. Dimanapun dan kapanpun mereka bisa berinteraksi. Namun sayangnya, manusia kini benar-benar menghilangkan batas tersebut. Batas yang semestinya tetap ada untuk menjaga keseimbangan hidup.

Lihatlah media televisi yang saat ini dengan mudahnya menampilkan gambar-gambar sensual yang bisa dikonsumsi hal layak ramai. Sepuluh tahun yang lalu, mungkin terdengar aneh apabila ada seorang anak berusia 5 tahun menyanyikan lagu orang dewasa. Kenyataannya saat ini, hal tersebut adalah hal yang biasa bahkan tak jarang orang tuanya pun ikut bernyanyi bersama sang anak. Meskipun si anak sama sekali tak mengerti apa yang sedang dinyanyikannya.

Yang lebih ironis. Kita bisa dengan santai menonton sebuah acara gosip menjelang adzan Maghrib. Yang mengulas tentang foto-foto vulgar para artis yang beredar di internet yang selalu disangkal oleh sang artis. Dan yang lebih lucu adalah pembawa acara gosip tersebut juga hanya memakai tank top dengan dada terbuka yang tidak kalah seronok dari sang artis.

Handphone yang dahulu diciptakan untuk memudahkan manusia untuk berkomunikasi dimanapun mereka berada. Kini sudah tidak sesuai lagi dengan fungsinya. Lihatlah anak-anak sekarang yang tanpa malu-malu lagi berpose dengan pakaian minimalis menggunakan kamera HP mereka. Bahkan banyak juga yang nekat melakukan perbuatan suami istri yang direkam dalam HP mereka (Mungkin sebagai kenang-kenangan buat anak cucu mereka. Untuk mengingatkan bagaimana mereka dibuat).

Dulu, saat pertama kali saya mendapatkan berita tentang munculnya VCD porno ‘Bandung Lautan Asmara’. Saya dibuat terbengong-bengong dengan hal tersebut. Betapa tidak, di Amerika saja yang notabene negara penuh kebebasan, saya tidak pernah mendapati satupun film porno yang pemerannya adalah mahasiswa (gayanya kaya yang pernah ke Amrik aja!). Paling-paling yang saya tonton film-film keluaran Vivid Video dengan bintang Asia Carera. Namun keterbengongan?!#@ saya kini semakin menjadi saat seorang teman memperlihatkan sebuah film dokumenter sepasang siswa SMP telanjang bulat berasyik masyuk dengan iringan kokok ayam jantan yang seakan mengabarkan berita tersebut kepada warga sekitar. Saya tidak dapat berkata apa-apa. Mulut ini ternganga sampai film tersebut berakhir dengan happy ending. Libido saya sama sekali tidak bergejolak menyaksikan film tersebut. Justru saya merasakan kedongkolan, kekecewaan dan juga kesedihan (terbayang kalau anak-anak saya nanti melakukan hal itu).

Lantas di mana peran orang tua? Mengapa hal ini bisa terjadi?

Oh maaf, saya lupa kalau orang tua pun sama gilanya dengan mereka. Mereka juga melakukan hal yang sama seperti anak-anak mereka. Bukan dengan suami atau istri mereka. Melainkan pasangan selingkuhnya masing-masing.

Internet yang semestinya bisa digunakan sebagai media informasi tanpa batas. Kini hanyalah dipenuhi dengan berbagai situs porno baik lokal maupun interlokal. Dengan mudahnya kita bisa mendapatkan film-film amatir karya anak-anak negeri ini dengan kualitas internasional. Film-film yang menggambarkan keterbukaan dalam arti sebenarnya. Meski hanya berdurasi pendek, namun cukup untuk menjelaskan keadaan moral bangsa ini.
Lalu siapa yang harus disalahkan? Media atau manusia?

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...