Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, July 15, 2008

Kasus Gaby dan Caramel

Sebetulnya saya tidak terlalu mengikuti apa yang terjadi pada cerita yang sedang ramai di dunia entertainment ini. Judul di atas pun semata-mata hanya untuk meningkatkan traffic. Supaya situs ini bisa masuk 10 besar Google Pagerank.

Primbon
Namun dari mata awam saya mengatakan, semua ini hanyalah pepesan kosong. Sesuatu yang dibesar-besarkan demi meningkatkan rating acara gosip dan meningkatkan penjualan album dari band yang berada di bawah bendera Nagaswara. Sebuah strategi marketing yang memanfaatkan kebodohan masyarakat yang masih sangat lugu dan mudah terpancing oleh hal-hal klenik.

Sama seperti ketika acara berita di televisi tiba-tiba meningkat ratingnya akibat isu mengenai SMS Layar Merah. Bagaimana caranya untuk meningkatkan kecerdasan bangsa, bila media yang diharapkan justru lebih sering membodohi. Berita yang semestinya konsumsi ibu-ibu rumah tangga kini justru ramai dibicarakan teman-teman saya di kantor. Inikah kemajuan?

Kembali ke kasus Gaby, saya bisa menangkap satu hal yang sangat lucu dalam kasus ini. Bukan kasusnya yang membuat saya lucu, tetapi mereka yang mencari berita tentang kasus ini. Saat ini keyword "kasus Gaby" merupakan kata kunci tertinggi di Google Search. Ini adalah sebuah hal yang ironis. Berita klenik  mendapat perhatian khusus bagi para pengguna internet. Ironis bukan?

Yang saya tahu dulu para pencinta klenik dan tahayul adalah orang-orang yang biasanya berkutat dengan primbon, kemenyan dan (maaf) berpendidikan rendah. Kini mereka sudah mampu menggunakan internet yang berarti pendidikan mereka tidaklah rendah. Saya tidak tahu, siapa yang berevolusi? Apakah kaum primbon yang semakin melek teknologi atau kaum intelek yang sekarang melek primbon?

Namun saya tidak terlalu peduli dengan jawabannya, yang jelas kedua-duanya sama bodohnya!

Thursday, April 3, 2008

Fitna : Sebuah realita atau memang fitnah?

232px-Fitnathemovie Sudahkah anda melihat film kontroversial ini? Saya sendiri belum pernah menyaksikannya. Bahkan saya sama sekali tidak berminat untuk melihatnya.

Dari informasi yang saya dapatkan, film berdurasi 16,48 menit ini adalah hasil karya dari seorang atheis berkebangsaan Belanda bernama Geert Wilders. Inti dari film ini menceritakan tentang umat Islam yang digambarkan oleh Wilders dekat dengan kekerasan. Entah apa yang menjadi dasar pemikiran Wilders sehingga dia memiliki pandangan yang begitu sinis terhadap umat muslim.

Hal yang ingin saya sampaikan di sini, bukanlah ulasan mengenai film tersebut. Karena jika harus membuat review tentang film ini, saya yakin tidak punya pendapat sama sekali. Karena saya belum pernah melihatnya. Namun yang ingin saya kemukakan adalah sebuah pertanyaan yang jawabannya ada pada umat Muslim sendiri. Benarkah apa yang digambarkan wilder dalam film tersebut? Ataukah hanya sebuah fitnah bagi umat Islam?

Perdana Menteri Belanda membuat pernyataan ersmi terkait dengan beredarnya film ini. Jan Peter Balkenende menyatakan :
Film ini menyamakan Islam dengan kekerasan dan kami menolak interpretasi ini. Mayoritas muslim juga menentang kekerasan dan ekstrimis. Pada kenyataannya umat muslim juga banyak yang menjadi korban kekerasan. Kami sangat menyesali tindakan Wilders yang sudah menerbitkan film ini. Kami percaya tidak ada hikmah yang bisa diambil dari film ini kecuali kekacauan.
Sayangnya, di Indonesia film ini disikapi dengan hati yang panas. Tindakan anarkis menentang film ini semakin mempertegas gambaran umat Muslim dalam film tersebut. Padahal Islam sendiri tidak pernah mengajarkan hal seperti ini. Rasulullah sendiri tidak pernah membalas perlakuan orang yang menyakitinya. Beliau hanya melukai mush-musuhnya pada saat berperang membela agama. Itupun hanya untuk melumpuhkan bukan menghancurkan.

Indonesia sebagai negara dengan umat muslim terbesar di dunia, mestinya bisa memberikan tauladan dan memperlihatkan betapa Islam mencintai perdamaian. Mari kita buktikan bahwa film tersebut adalah Fitnah semata. Janganlah kita mempertegas isi film tersebut dengan melakukan hal-hal yang merugikan diri kita sendiri. Karena mata dunia sedang tertuju ke negeri ini.

Monday, March 24, 2008

Latah | Budaya nenek moyang kita!

Waktu masih remaja dulu, hal yang paling senang saya lakukan adalah menjahili teman-teman yang latah. Ketika dikejutkan oleh sesuatu, orang yang latah akan menimbulkan reaksi yang berbeda-beda. Ada yang menyebutkan ‘perabotan penting manusia’, adapula yang dipadu dengan gerakan-gerakan refleks, dan bahkan ada pula yang istighfar meskipun masih dalam keadaan latah. Kadang saya sampai lupa diri hingga mereka ngos-ngosan karena harus mengulang-ulang kata yang sama terus menerus. Bila sudah begitu, beberapa orang teman yang merasa kasihan biasanya selalu mengingatkan saya agar tidak keterlaluan.

Mhyta Mamamia
Namun budaya latah bukanlah sifat yang hanya dimiliki oleh perseorangan. Perhatikanlah akhir-akhir ini. Budaya warisan nenek moyang yang dulu hanya dimiliki oleh orang-orang yang sudah uzur atau ibu-ibu yang beranak banyak, kemudian merasuki budaya anak muda pada pertengahan dekade 90-an hingga saat ini. Pada masa-masa itu, sudah menjadi hal yang lumrah bila ada anak muda yang latah. Yang lebih lucunya lagi, kini budaya latah merambah ke lembaga-lembaga dan perusahaan-perusahaan.

Sebut saja dunia televisi. Bila salah satu stasiun sukses menayangkan program tertentu, maka hanya dalam hitungan minggu saja duplikat acara tersebut sudah muncul di TV lain. Saya ambil contoh ketika maraknya televisi mengangkat tema dunia gaib. Sebentar saja acara-acara serupa bermunculan di semua stasiun televisi. Mulai dari Dunia Gaib, Uji Nyali, Uka-uka, de el el. Kemudian saat muncul sinetron-sinetron bernuansa Islami, maka stasiun televisi berbondong-bondong membuat acara serupa. Kini stasiun televisi di negeri ini sedang keranjingan kontes-kontesan. Mulai dari AFI, Stardut, Mamamia, KDI, dan masih banyak lagi.

Tampaknya sudah tidak ada lagi ide dan kreatifitas di dunia pertelevisian kita. Bahkan acara Mamamia yang ditayangkan oleh Indosiar kini menduplikasi diri menjadi Supermama dan Superstar Show yang sebenarnya masih dalam konsep dan bahkan panggung yang sama. Tidak dapat dipungkiri, televisi dinegeri ini bernafas melalui iklan, iklan terpasang karena rating. Maka selama rating acara tersebut berada di atas, lupakanlah kreatifitas. Kalau singkong saja laku keras, buat apa jual roti?

Namun sayangnya, hal ini menimbulkan dampak yang akhirnya mempengaruhi pola pikir masyarakat. Acara-acara yang semestinya dilestarikan akhirnya ikut terbawa arus musiman. Kemana sekarang acara Da’i Cilik yang pernah ditayangkan di TPI? Atau acara-acara seperti Tolong, Rumah Idaman yang membantu kesusahan kaum papa.

Saya tidak menyayangkan bila acara tersebut sudah tidak ada. Namun yang saya sayangkan, mengapa harus ditayangkan bila tidak berkelanjutan? Bukankah hal tersebut akhirnya hanya menjadi tren populer yang menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sementara moralitas hanyalah sebagai topeng kaum kapitalis. Yang sekedar menempelkan Adzan Maghrib sebagai simbol bahwa kita bangsa yang beragama. Lalu kemana adzan-adzan yang lainnya?

Dengan kalimat sederhana, pertelevisian kita saat ini tak lebih dari sebuah pabrikasi makanan cepat saji yang harus kita nikmati setiap hari suka atau tidak suka karena memang tidak ada pilihan lain.
Selamat menikmati!

PS: Bersama artikel ini saya memohon maaf kepada teman-teman latah yang dulu sering saya kerjain … Doorrrrrr!!! :D

Sunday, March 23, 2008

Wanita Di Balik Celana Dalam

Wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu
image Begitulah kira-kira syair lagu yang sering disenandungkan oleh almarhum ibuku sambil menyapu halaman depan rumah kontrakan kami. Bait pendek tersebut sangat penuh dengan makna (mungkin itulah kekuatan lagu-lagu tempo dulu sehingga tak lekang dimakan jaman).

Wanita memang selalu dijajah oleh kaum pria. Padahal wanita adalah lambang kekuatan tertinggi di bumi ini. Orang Inggris menyebut bumi ini sebagai mother earth. Begitupula orang Indonesia yang menyebut negeri ini sebagai Ibu Pertiwi. Dari kata Bumi sendiri sudah melambangkan simbol kewanitaan. Tak ada seorangpun yang pernah menyebutnya 'Pak Mi'. Sama halnya dengan Bulan, tak ada yang pernah menyebutnya 'Pak Lan'.

Wanita sebagai makhluk Tuhan yang paling sexy (menurut Mulan Jamilah). Juga berperan besar dalam sejarah bumi ini. Semenjak kehadiran Siti Hawa ke dunia hingga Siti Nurhaliza. Wanita adalah makhluk misterius yang setiap geraknya adalah keindahan birahi. Dan setiap gerakan lembutnya bisa mengubah dunia. Tanpa perlu mngangkat senjata, seorang wanita bisa menguasai sebuah negara. Lihatlah yang terjadi pada Kerajaan Roma yang bertekuk lutut dibawah wanginya ketiak Cleopatra.

Namun, meskipun wanita dipuja dan dimanja. Wanita tetaplah obyek penderita. Yang selalu mengalami diskriminasi baik moral maupun material. Banyak sudah pelanggaran dan pelecehan yang dilakukan kaum pria kepada wanita. Bila merujuk pada angka-angka statistik. Bisa dipastikan bahwa korban pencopetan dan penjambretan terbanyak di Pasar Senen adalah kaum wanita. Begitupula dengan jumlah korban pemerkosaan yang masih diduduki oleh wanita pada urutan teratas yang kemudian di susul oleh anak-anak lalu kambing dan ayam. Karena memang tidak orang yang mau memperkosa pria dewasa (yang ada korbannya malah minta nambah).

Lantas, apa sebenarnya yang membuat wanita nampak rendah dihadapan pria. (Maaf saya tidak berusaha meng'underestimate' kata Tukul). Terkadang, justru wanita lah yang membuat dirinya rendah. Coba kita lihat film-film amatir karya anak-anak negeri yang saat ini banyak beredar di kalangan masyarakat. Film-film yang mereka produksi sendiri dengan menggunakan kamera handphone. Sebuah karya yang patut kita acungi jempol. Karena mereka berperan sebagai produser, sutradara, penulis naskah dan sekaligus sebagai pemeran utama dengan pacar, selingkuhan atau mungkin om-om yang memboking mereka sebagai kameramen sekaligus figuran. Steven Spielberg pun saya rasa tak mampu melakukan hal seperti ini.
Uniknya, mereka bergaya bak seorang artis profesional lulusan Vivid Video. Yang tanpa malu-malu tak berbusana memamerkan benda-benda berharga mereka yang ada di balik celana dalam yang kadang-kadang dihiasi tompel bahkan panu. Dengan wajah penuh bangga dan cengengesan seakan-akan mengisyaratkan bahwa 'aku lebih cantik daripada Luna Maya'. Yang lebih membanggakan, film-film ini tidak hanya dibuat oleh kalangan elite mahasiswa yang berpendidikan tinggi. Tetapi juga ditiru oleh para pejabat negara, PNS, adik-adik pelajar SMU bahkan SMP. Pantas saja akhir-akhir ini dunia perfilman Indonesia tampak mengalami kemajuan yang drastis.

Yang membuat saya prihatin akan hal ini adalah, mengapa mereka tidak melihat peluang bisnis yang ada di balik semua itu. Padahal mereka bisa saja menjual video tersebut ke rumah-rumah produksi yang banyak tersebar di negeri ini.
Aku ingat ibuku, aku ingat istriku dan anak perempuanku
Sebuah lagu Iwan Fals yang keluar dari suara sengau seorang pengamen membuyarkan lamunanku.

Indonesia Against Porn Sites

indonesiaagainstporn Pemerintah Indonesia berencana akan memblokir situs porno mulai bulan April hingga Mei 2008 nanti. Saya rasa ini adalah langkah yang bagus dari pemerintah untuk mengurangi tingkat kejahatan seksual yang semakin tinggi di negeri ini. Hal ini sekaligus membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia sangat serius dalam menangani kejahatan di internet.


Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini para netter (pengguna internet) Indonesia selalu di pandang sebelah mata oleh dunia. Imej buruk yang terlanjur terbentuk akibat ulah sebagian pihak membuat Indonesia terkadang mendapat perlakuan ‘istimewa’ di dunia internet.

Dari pengalaman saya menggunakan internet selama beberapa tahun, Indonesia dikenal oleh para netter luar negeri sebagai tempatnya para carder (penyalahguna kartu kredit) atau para pengguna software (piranti lunak) bajakan. Bahkan sampai saat ini masih ada beberapa situs komersial menolak pengguna Indonesia sebagai membernya.

Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Secara tidak langsung kita sudah di ‘anak tiri’ kan. Di anggap sebagai bangsa yang merugikan. Dan apabila hal ini berlangsung terus menerus. Bagaimana dengan nasib anak cucu kita? Karena bukan tidak mungkin Indonesia diblok oleh dunia dalam penggunaan akses internet. Lantas kita hanya bisa mengakses situs-situs lokal yang masih di dalam satu range IP address. Sementara situs-situs seperti Friendster, E-Bay, Wikipedia atau bahkan Google hanya menjadi dongeng sebelum tidur.

Maka sebelum hal itu terjadi, marilah kita bersama-sama mendukung Pemerintah untuk memerangi kejahatan di internet, yang dimulai dengan memblokir situs-situs porno. Lagipula, internet masih merupakan media yang mahal untuk dibayar. Bukankah lebih baik kita gunakan sebagai lahan untuk menambah penghasilan. Sungguh percuma bila hanya digunakan sebagai sarana untuk melihat gambar-gambar telanjang.

PS : btw, kenapa cuma sampai bulan Mei?
Bagi anda yang kecewa atas kebijakan pemerintah atas diblokirnya situs-situs porno karena anda tidak dapat melihat gambar telanjang selama bulan tersebut, saya mengundang anda secara pribadi ke rumah saya. (Kebetulan dibelakang rumah ada kandang kambing. Dan kebetulan semua kambing di sana telanjang bulat, silahkan untuk dilihat-lihat sepuasnya!).

Siapa yang salah? Media atau Manusia?

Manusia menciptakan media sebagai alat bantu komunikasi. Agar bisa berinteraksi satu sama lain dan berbagi informasi. Kini media komunikasi berkembang menjadi sangat pesat. Yang merubah peradaban manusia dan menghilangkan keterbatasan.

Manusia modern berkomunikasi tanpa batas jarak dan waktu. Dimanapun dan kapanpun mereka bisa berinteraksi. Namun sayangnya, manusia kini benar-benar menghilangkan batas tersebut. Batas yang semestinya tetap ada untuk menjaga keseimbangan hidup.

Lihatlah media televisi yang saat ini dengan mudahnya menampilkan gambar-gambar sensual yang bisa dikonsumsi hal layak ramai. Sepuluh tahun yang lalu, mungkin terdengar aneh apabila ada seorang anak berusia 5 tahun menyanyikan lagu orang dewasa. Kenyataannya saat ini, hal tersebut adalah hal yang biasa bahkan tak jarang orang tuanya pun ikut bernyanyi bersama sang anak. Meskipun si anak sama sekali tak mengerti apa yang sedang dinyanyikannya.

Yang lebih ironis. Kita bisa dengan santai menonton sebuah acara gosip menjelang adzan Maghrib. Yang mengulas tentang foto-foto vulgar para artis yang beredar di internet yang selalu disangkal oleh sang artis. Dan yang lebih lucu adalah pembawa acara gosip tersebut juga hanya memakai tank top dengan dada terbuka yang tidak kalah seronok dari sang artis.

Handphone yang dahulu diciptakan untuk memudahkan manusia untuk berkomunikasi dimanapun mereka berada. Kini sudah tidak sesuai lagi dengan fungsinya. Lihatlah anak-anak sekarang yang tanpa malu-malu lagi berpose dengan pakaian minimalis menggunakan kamera HP mereka. Bahkan banyak juga yang nekat melakukan perbuatan suami istri yang direkam dalam HP mereka (Mungkin sebagai kenang-kenangan buat anak cucu mereka. Untuk mengingatkan bagaimana mereka dibuat).

Dulu, saat pertama kali saya mendapatkan berita tentang munculnya VCD porno ‘Bandung Lautan Asmara’. Saya dibuat terbengong-bengong dengan hal tersebut. Betapa tidak, di Amerika saja yang notabene negara penuh kebebasan, saya tidak pernah mendapati satupun film porno yang pemerannya adalah mahasiswa (gayanya kaya yang pernah ke Amrik aja!). Paling-paling yang saya tonton film-film keluaran Vivid Video dengan bintang Asia Carera. Namun keterbengongan?!#@ saya kini semakin menjadi saat seorang teman memperlihatkan sebuah film dokumenter sepasang siswa SMP telanjang bulat berasyik masyuk dengan iringan kokok ayam jantan yang seakan mengabarkan berita tersebut kepada warga sekitar. Saya tidak dapat berkata apa-apa. Mulut ini ternganga sampai film tersebut berakhir dengan happy ending. Libido saya sama sekali tidak bergejolak menyaksikan film tersebut. Justru saya merasakan kedongkolan, kekecewaan dan juga kesedihan (terbayang kalau anak-anak saya nanti melakukan hal itu).

Lantas di mana peran orang tua? Mengapa hal ini bisa terjadi?

Oh maaf, saya lupa kalau orang tua pun sama gilanya dengan mereka. Mereka juga melakukan hal yang sama seperti anak-anak mereka. Bukan dengan suami atau istri mereka. Melainkan pasangan selingkuhnya masing-masing.

Internet yang semestinya bisa digunakan sebagai media informasi tanpa batas. Kini hanyalah dipenuhi dengan berbagai situs porno baik lokal maupun interlokal. Dengan mudahnya kita bisa mendapatkan film-film amatir karya anak-anak negeri ini dengan kualitas internasional. Film-film yang menggambarkan keterbukaan dalam arti sebenarnya. Meski hanya berdurasi pendek, namun cukup untuk menjelaskan keadaan moral bangsa ini.
Lalu siapa yang harus disalahkan? Media atau manusia?

Sunday, March 16, 2008

Teori Evolusi Bersumber dari Riset di Indonesia?

image Tahun 2009 nanti, pencetus teori evolusi, Charles Darwin, mendapat kehormatan, setelah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan tahun itu sebagai The Darwin's Year. Pemikiran mengenai seleksi alam yang menjadi dasar teori diungkapkan Darwin setelah melakukan ekspedisi ke Kepulauan Galapagos, Ekuador.

Tetapi, ada klaim teori itu sebenarnya berasal dari riset di Indonesia. Mengapa demikian? Pemikiran mengenai seleksi alam yang menjadi dasar teori evolusi oleh sejumlah ilmuwan disebut-sebut berasal dari Alfred Russel Wallace, ilmuwan Inggris pencetus garis Wallacea melalui Laut Sulawesi, yang membatasi fauna dari Asia dan Australia.
"Pendapat mengenai seleksi alam tertuang dalam surat-surat yang dikirimkan Wallace kepada Darwin pada tahun 1858 yang dikenal sebagai 'Surat dari Ternate',"ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Umar Anggara Jenie, di sela lokakarya hasil penelitian Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) 2007, Selasa (11/3).
Menurut Umar, saat ini di Inggris terdapat sekelompok ilmuwan yang meyakini bahwa Wallace pantas disejajarkan dengan Darwin. Bahkan, beberapa lembaga penelitian sudah mendampingkan foto keduanya untuk memberikan penghargaan terhadap lahirnya teori evolusi.
"Jika hal tersebut benar, pemikiran mengenai teori evolusi mestinya lebih dulu lahir dari Ternate dan di sekitar Kepulauan Raja Ampat, Papua, dibanding dari kepulauan Galapagos," jelasnya.
Selama ini, Darwin sudah banyak menulis buku, di antaranya yang penting adalah The Origin of Species dan The Descend of Man. Buku itu ia tulis setelah ikut kapal Angkatan Laut Inggris yang mengadakan ekspedisi ke Amerika Selatan pada abad ke-19. Ia mengumpulkan data yang menunjukkan teorinya.

Teori itu intinya menyatakan, terdapat variasi (perbedaan kecil) dalam suatu spesies,  dan ini disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Kemudian, ada seleksi alam dan pergolakan hidup, variasi yang menguntungkan akan bertahan dan berkembangkan, variasai yang merugikan akan susut, lalu musnah. Selanjutnya, ada hubungan kerabat antara berbagai spesies dan spesies yang sudah dulu ada. Selanjutnya, manusia juga mengalami evolusi seperti makhluk lain, berarti berada dalam satu mata rantai evolusi dengan hewan.

Buku Darwin terbit setelah ia mendiskusikan dan merenungkannya selam hampir 20 tahun. Ditambah dengan lama waktu ekspedisi selama lima tahun. Maka, buku teorinya terbit setelah diolah selama 25 tahun.
Sementara, Wallace mengadakan ekspedisi ke Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Ia menceritakan keherannya mendapati kenyataan bahwa gajah, harimau, dan badak hanya hidup di sebelah barat Nusantara. Sebaliknya, kuskus dan kasuari hanya ditemukan diwilayah timur. Apalagi, burung cenderawasih yang hanya ditemukan di Papua.

keherannya makin menjadi melihat di Sulawesi ada binatang-binatang ajaib seperti anoa, babirusa, dan dihe yang tidak dia jumpai di Kalimantan. Padahal, Kalimantan dan Sulawesi hanya terpisah oleh selat Makassar.
Kejadian dan keheranan paling dramatis dialaminya saat menuju Pasifik Selatan. Di sana Wallace menemukan sejumlah spesies burung (jalak bali) yang hanya berkenbang biak di Pulau Dewata, padahal di pulau Lombok yang hanya disekat sepotong selat kurang dari 32 kilometer dari Bali, spesies tersebut tidak ditemukan.

Dari keanehan-keanehan yang dilihatnya selama menjelajah Nusantara, Wallace akhirnya menarik kesimpulan bahwa ada semacam garis yang memisahkan flora-fauna di barat dan timur Nusantara. Artinya, ada batas antara flora-fauna di barat yang lebih mirip margasatwa di Asia dengan flora-fauna di timur yang mulai berbau Australia. Dia berhipotesis bahwa garis pemisah itu membentang mulai dari selat Lombok ke arah selat Makassar, kemudian membelok ke arah timur melewati Mindanao (masuk wilayah Filipina) dan Sangihe.
Selanjutnya, Wallace mengajukan teori bahwa pada masing-masing sisi 'garis maya' tersebut terdapat sejumlah spesies khusus yang mendominasi suatu kawasan ekologis. Sementara, pada jarak tertentu dari garis khayal itu (kira-kira 32 km) terdapat spesies lain. Belakangan, Thomas Henry Huxley, seorang guru besar yang sangat gencar menyokong teori Darwin, menyebut garis itu dengan nama Garis Wallace, sesuai dengan nama sang penemu.

Dalam salah satu karya tulis yang dibuat saat di Sarawak (On The Law which Has Regulated The Introduction of New Species), Wallace mengemukakan pendapat bahwa sebenarnya setiap jenis satwa dan tumbuhan yang ada berasal dari spesies terdahulu yang berkerabat dekat. Pada saat itu, Wallace belum mempunyai gagasan tentang bagaimana spesies itu berubah dari bentuk pendahulunya sehingga menjadi bentuk yang lebih sempurna.

Tiga tahun lamanya pertanyaan yang juga menjadi pertanyaan dunia itu tak terjawab. Tetapi, secara tiba-tiba, Wallace menemukan jawabnya. Dan, kesimpulan itu di dapat justru ketika penjelajah itu sedang terbaring lemah karena terserang malaria di Ternate (Februari 1858). Ia menyimpulkan, spesies yang mampu bertahan hanya mereka yang paling kuat dan sehat saja, sedang yang paling lemah dan tak sempurna harus punah. Jawaban itu tidak disimpannya sendiri, melainkan dikirimkan kepada rekannya, Darwin.

Ketika menerima surat Wallace, Darwin pun kagum karena ia sendiri sedang bersiap menyampaikan teori itu setelah meneliti salama belasan tahun. dia jadi ragu, benarkah dia pencetus teori evolusi, sementara Wallace juga sudah menyampaikannya. Meskipun dunia lebih mengakui dirinya sebagai pencetus teori evolusi. Darwin tak enak hati pada Wallace.

Maka, pada pertemuan ilmiah ahli ilmu hayat sedunai pada 1 Juli 1858, setelah menyampaikan teorinya, Darwin membacakan surat Wallace sebagai makalah tambahan. lantaran bukti-bukti yang diajukan Darwin dianggap lebih rinci dan lengkap, akhirnya para ilmuwan menganggap Darwinlah pencetus teori evolusi seleksi alam.

Menjelang the Darwin's Years pada 2009 nanti, para ilmuwan pendukung Wallace juga akan mambahas peran Wallace dalam sebuah simposium di London pada Desember 2008 nanti. Di sisi lain, Umar mengatakan, sejarah di balik lahirnya teori-teori ilmiah seperti itu penting untuk dipelajari apalagi dekat dengan bangsa Indonesia.
"Dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar, Indonesia telah terbukti melahirkan para ilmuwan-ilmuwan besar," ungkapnya.

Monday, March 3, 2008

Balada Sinema Elektronik

Sinema elektronik atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Sinetron, merupakan sebuah tontonan wajib yang lambat laun sudah menjadi bagian dalam kebudayaan kita baik secara disadari atau tidak.
Hampir setiap stasiun televisi swasta menayangkan Sinetron setiap hari. Bahkan sinetron merupakan acara yang ditempatkan pada waktu - waktu utama dalam penayangannya. Yang dikenal dengan istilah Prime Time.
Dan sinetron merupakan tayangan lokal yang memiliki rating teratas di stasiun televisinya masing-masing.
Namun tahukan anda?

Dari setiap sinetron buatan lokal yang muncul di TV-TV swasta tersebut memiliki banyak persamaan. Berikut adalah beberapa persamaan dari sinetron di negeri kita.
  • Isi cerita, bila kita perhatikan hampir semua sinetron di Indonesia punya cerita yang sama. Si miskin mencintai si kaya atau sebaliknya. Yang kemudian mendapat pertentangan dari pihak keluarga. Ditambah lagi orang ketiga agar cerita terkesan berat karena dibumbui konflik. Padahal ga beda jauh sama film India. (Mendingan India kalee masih ada jogednya :p)
  • Alur cerita, tidak jauh berbeda dengan isi cerita. Alur cerita sinetron kita selalu itu-itu saja. Biasanya, episode-episode awal menceritakan sebuah keluarga yang bahagia, yang penuh dengan canda dan kekonyolan karakter utama. Di sekitar minggu ketiga atau keempat munculah orang ketiga yang biasanya menimbulkan konflik. Selanjutnya hilang sudah joke-joke, kekonyolan dan canda tawa. Di masa-masa ini ceritanya selalu Menangis, Menangis dan Menangis (kata Bunda Hetty).
  • Status Sosial. Status karakter atau tokoh yang muncul selalu si kaya dan si miskin. Yang kaya sombong yang miskin hina. Padahal apa salahnya sekali sekali dibuat karakter yang "sudah miskin sombong lagi". Sah-sah aja kan? Memang sudah ada tokoh yang seperti saya sebutkan tadi. Tapi selalu tampil antagonis. Padahal orang sombong bisa juga jadi protagonis.
  • Konflik. Kalo yang ini anda sudah pasti mengerti. Paling masalah harta tau cinta segitiga. Sudah. Itu saja.
  • Tokoh. Yang saya maksud disini adalah mulai dari karakter dari para tokoh dan masalah yang dihadapinya. Bisa dibilang sinetron kita mirip Srimulat yang tokoh utamanya selalu terdiri dari majikan, anak majikan, pembantu, dan supir. Kemudian orang ketiga biasanya tamu tak diundang, copet, maling, anak tetangga atau Pak RT. Maksud saya sinetron kita menampilkan tokoh yang itu-itu saja.
  • Hiperbola. Entah darimana idenya, namun bila anda perhatikan sinetron kita akhir-akhir ini sedang marak mempublikasikan "penyakit hilang ingatan". Baik itu karena kecelakaan atau hal lainnya. Namun hal tersebut cukup membuktikan keadaan sinetron kita. Yaitu Hilang Ingatan. Baik para pemain, sutradara, crew, atau produser. Semuanya sudah hilang ingatan. Semua sudah kehilangan ide dan kreatifitas. Yang mereka kejar hanyalah rating. Tidak ada lagi nilai seni yang ditampilkan. Semua menjadi hambar seperti nasi putih yang kita makan setiap hari dengan lauk yang sama. Jadi kapan kita makan nasi rames lagi?
Udah ah! Capek!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...