Wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar maduBegitulah kira-kira syair lagu yang sering disenandungkan oleh almarhum ibuku sambil menyapu halaman depan rumah kontrakan kami. Bait pendek tersebut sangat penuh dengan makna (mungkin itulah kekuatan lagu-lagu tempo dulu sehingga tak lekang dimakan jaman).
Wanita memang selalu dijajah oleh kaum pria. Padahal wanita adalah lambang kekuatan tertinggi di bumi ini. Orang Inggris menyebut bumi ini sebagai mother earth. Begitupula orang Indonesia yang menyebut negeri ini sebagai Ibu Pertiwi. Dari kata Bumi sendiri sudah melambangkan simbol kewanitaan. Tak ada seorangpun yang pernah menyebutnya 'Pak Mi'. Sama halnya dengan Bulan, tak ada yang pernah menyebutnya 'Pak Lan'.
Wanita sebagai makhluk Tuhan yang paling sexy (menurut Mulan Jamilah). Juga berperan besar dalam sejarah bumi ini. Semenjak kehadiran Siti Hawa ke dunia hingga Siti Nurhaliza. Wanita adalah makhluk misterius yang setiap geraknya adalah keindahan birahi. Dan setiap gerakan lembutnya bisa mengubah dunia. Tanpa perlu mngangkat senjata, seorang wanita bisa menguasai sebuah negara. Lihatlah yang terjadi pada Kerajaan Roma yang bertekuk lutut dibawah wanginya ketiak Cleopatra.
Namun, meskipun wanita dipuja dan dimanja. Wanita tetaplah obyek penderita. Yang selalu mengalami diskriminasi baik moral maupun material. Banyak sudah pelanggaran dan pelecehan yang dilakukan kaum pria kepada wanita. Bila merujuk pada angka-angka statistik. Bisa dipastikan bahwa korban pencopetan dan penjambretan terbanyak di Pasar Senen adalah kaum wanita. Begitupula dengan jumlah korban pemerkosaan yang masih diduduki oleh wanita pada urutan teratas yang kemudian di susul oleh anak-anak lalu kambing dan ayam. Karena memang tidak orang yang mau memperkosa pria dewasa (yang ada korbannya malah minta nambah).
Lantas, apa sebenarnya yang membuat wanita nampak rendah dihadapan pria. (Maaf saya tidak berusaha meng'underestimate' kata Tukul). Terkadang, justru wanita lah yang membuat dirinya rendah. Coba kita lihat film-film amatir karya anak-anak negeri yang saat ini banyak beredar di kalangan masyarakat. Film-film yang mereka produksi sendiri dengan menggunakan kamera handphone. Sebuah karya yang patut kita acungi jempol. Karena mereka berperan sebagai produser, sutradara, penulis naskah dan sekaligus sebagai pemeran utama dengan pacar, selingkuhan atau mungkin om-om yang memboking mereka sebagai kameramen sekaligus figuran. Steven Spielberg pun saya rasa tak mampu melakukan hal seperti ini.
Uniknya, mereka bergaya bak seorang artis profesional lulusan Vivid Video. Yang tanpa malu-malu tak berbusana memamerkan benda-benda berharga mereka yang ada di balik celana dalam yang kadang-kadang dihiasi tompel bahkan panu. Dengan wajah penuh bangga dan cengengesan seakan-akan mengisyaratkan bahwa 'aku lebih cantik daripada Luna Maya'. Yang lebih membanggakan, film-film ini tidak hanya dibuat oleh kalangan elite mahasiswa yang berpendidikan tinggi. Tetapi juga ditiru oleh para pejabat negara, PNS, adik-adik pelajar SMU bahkan SMP. Pantas saja akhir-akhir ini dunia perfilman Indonesia tampak mengalami kemajuan yang drastis.
Yang membuat saya prihatin akan hal ini adalah, mengapa mereka tidak melihat peluang bisnis yang ada di balik semua itu. Padahal mereka bisa saja menjual video tersebut ke rumah-rumah produksi yang banyak tersebar di negeri ini.
Sebuah lagu Iwan Fals yang keluar dari suara sengau seorang pengamen membuyarkan lamunanku.Aku ingat ibuku, aku ingat istriku dan anak perempuanku
No comments:
Post a Comment