Sebetulnya saya tidak terlalu mengikuti apa yang terjadi pada cerita yang sedang ramai di dunia entertainment ini. Judul di atas pun semata-mata hanya untuk meningkatkan traffic. Supaya situs ini bisa masuk 10 besar Google Pagerank.
Namun dari mata awam saya mengatakan, semua ini hanyalah pepesan kosong. Sesuatu yang dibesar-besarkan demi meningkatkan rating acara gosip dan meningkatkan penjualan album dari band yang berada di bawah bendera Nagaswara. Sebuah strategi marketing yang memanfaatkan kebodohan masyarakat yang masih sangat lugu dan mudah terpancing oleh hal-hal klenik.
Sama seperti ketika acara berita di televisi tiba-tiba meningkat ratingnya akibat isu mengenai SMS Layar Merah. Bagaimana caranya untuk meningkatkan kecerdasan bangsa, bila media yang diharapkan justru lebih sering membodohi. Berita yang semestinya konsumsi ibu-ibu rumah tangga kini justru ramai dibicarakan teman-teman saya di kantor. Inikah kemajuan?
Kembali ke kasus Gaby, saya bisa menangkap satu hal yang sangat lucu dalam kasus ini. Bukan kasusnya yang membuat saya lucu, tetapi mereka yang mencari berita tentang kasus ini. Saat ini keyword "kasus Gaby" merupakan kata kunci tertinggi di Google Search. Ini adalah sebuah hal yang ironis. Berita klenik mendapat perhatian khusus bagi para pengguna internet. Ironis bukan?
Yang saya tahu dulu para pencinta klenik dan tahayul adalah orang-orang yang biasanya berkutat dengan primbon, kemenyan dan (maaf) berpendidikan rendah. Kini mereka sudah mampu menggunakan internet yang berarti pendidikan mereka tidaklah rendah. Saya tidak tahu, siapa yang berevolusi? Apakah kaum primbon yang semakin melek teknologi atau kaum intelek yang sekarang melek primbon?
Namun saya tidak terlalu peduli dengan jawabannya, yang jelas kedua-duanya sama bodohnya!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment