Dari informasi yang saya dapatkan, film berdurasi 16,48 menit ini adalah hasil karya dari seorang atheis berkebangsaan Belanda bernama Geert Wilders. Inti dari film ini menceritakan tentang umat Islam yang digambarkan oleh Wilders dekat dengan kekerasan. Entah apa yang menjadi dasar pemikiran Wilders sehingga dia memiliki pandangan yang begitu sinis terhadap umat muslim.
Hal yang ingin saya sampaikan di sini, bukanlah ulasan mengenai film tersebut. Karena jika harus membuat review tentang film ini, saya yakin tidak punya pendapat sama sekali. Karena saya belum pernah melihatnya. Namun yang ingin saya kemukakan adalah sebuah pertanyaan yang jawabannya ada pada umat Muslim sendiri. Benarkah apa yang digambarkan wilder dalam film tersebut? Ataukah hanya sebuah fitnah bagi umat Islam?
Perdana Menteri Belanda membuat pernyataan ersmi terkait dengan beredarnya film ini. Jan Peter Balkenende menyatakan :
Film ini menyamakan Islam dengan kekerasan dan kami menolak interpretasi ini. Mayoritas muslim juga menentang kekerasan dan ekstrimis. Pada kenyataannya umat muslim juga banyak yang menjadi korban kekerasan. Kami sangat menyesali tindakan Wilders yang sudah menerbitkan film ini. Kami percaya tidak ada hikmah yang bisa diambil dari film ini kecuali kekacauan.Sayangnya, di Indonesia film ini disikapi dengan hati yang panas. Tindakan anarkis menentang film ini semakin mempertegas gambaran umat Muslim dalam film tersebut. Padahal Islam sendiri tidak pernah mengajarkan hal seperti ini. Rasulullah sendiri tidak pernah membalas perlakuan orang yang menyakitinya. Beliau hanya melukai mush-musuhnya pada saat berperang membela agama. Itupun hanya untuk melumpuhkan bukan menghancurkan.
Indonesia sebagai negara dengan umat muslim terbesar di dunia, mestinya bisa memberikan tauladan dan memperlihatkan betapa Islam mencintai perdamaian. Mari kita buktikan bahwa film tersebut adalah Fitnah semata. Janganlah kita mempertegas isi film tersebut dengan melakukan hal-hal yang merugikan diri kita sendiri. Karena mata dunia sedang tertuju ke negeri ini.
No comments:
Post a Comment